AYAT-AYAT TENTANG HUBUNGAN ANTARA AGAMA MAKALAH
Selamat datang sobat Curahan Guru, kami hanya berbagi sedikit tentang apa yang telah kami buat selama proses perkuliahan di masa yang lalu.
AYAT-AYAT TENTANG HUBUNGAN ANTARA AGAMA
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Tafsir
Dosen Pengampu: Dr. H. Hamdani Mu’in, M. Ag
Disusun Oleh:
M Rizal Jalil Puja K (133611034)
Naelatul Muna (133611032)
Restianingsih (133611028)
Firdus (123611022)
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015
1. Latar Belakang
Sebagaimana yang kita ketahui Negara kita Indonesia adalah negara yang majemuk. Hal itu bisa dibuktikan dari berbagai macam keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Keanekaragaman tersebut antara lain meliputi, suku, bangsa, bahasa, ras, termasuk di dalamnya agama. Keanekaragaman ini ibarat dua sisi mata pedang, di sisi lain dia bisa menjadi aset berharga untuk bangsa kita namun d isisi lain ia justru bisa menjadi ancaman bagi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).Hal di atas menunjukkan pembenarannya kalau kita perhatikan beberapa fenomena yang terjadi di Indonesia belakangan ini. Banyak konflik yang terjadi di sebabkan oleh perbedaan – perbedaan di atas, sebagai contoh : Perang Saudara di Ambon, Tragedi Priok ,Peristiwa Lampung, dan mungkin yang paling hangat di dalam ingatan kita bermunculannya aliran sesat (sempalan) seperti kasus Ahmadiyah, Lia Eden, Ahmad Musaddiq (nabi palsu), dan lain sebagainya.Munculnya beberapa peristiwa di atas menuntut munculnya sikap yang dewasa dan berlapang dada mengingat negara kita adalah memang negara yang majemuk (plural). Namun yang terjadi belakangan ini sungguh memprihatinkan. Nilai – nilai mulia tersebut mulai tergerus oleh sebuah sikap yang bernama egoisme . Konflik – konflik dalam beragama sering kali diselesaikan dengan cara – cara yang tidak dewasa dan rentan dengan sikap anarkisme. Disinilah letak pentingnya peran ajaran agama sebagai lembaga kontrol sosial terhadap berbagai fenomena yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Agama Islam khusunya melalui kitab sucinya Al-Qur’an telah mengatur pola hubungan antar umat beragama seperi yang akan di jelaskan melaui beberapa ayat berikut ini.
2. Rumusan Masalah
- Bagaimana tafsir surat Al-Mumtahanah ayat 7-9?
- Bagaimana tafsir surat Al-Baqarah ayat 62, 120 dan 213?
- Bagaimana tafsir dan isi kandungan Al-Qur’an,surat al-Kafirun (109) : 1 – 6 ?
- Bagaimana tafsir dan isi kandungan Al-Qur’an, surat Ali Imron (3) : 64 ?
- Bagaimana tafsir dan isi kandungan Al-Qur’an surat Al-An’am : (6) : 108 ?
3. Pembahasan
a. Tafsir Al Mumtahanah Ayat 7-9
عَسَى اللَّهُ أَنْ يَجْعَلَ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ الَّذِينَ عَادَيْتُمْ مِنْهُمْ مَوَدَّةً وَاللَّهُ قَدِيرٌ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (٧) لا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ (٨) إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (٩)[1Artinya: 7. Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orang-orang yang kamu musuhi di antara mereka. Dan Allah adalah Maha Kuasa. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 8. Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. 9. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
عَسَى – ‘A :
Kata untuk menunjukkan harapan akan terjadinya apa yang terjadi sesudah kata itu. Apabila kata ini datang dari Allah, maka apa yang sesudahnya wajib terjadinya.أَنْ تَبَرُّوهُمْ – An tabarruhum :
Jika kamu berbuat kebajikan dan kebaikan kepada mereka.وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ - Wa tuqsitu Ilaihim :
kamu adil terhadap mereka dalam kebajikan maupun kebaikan.الْمُقْسِطِينَ – Al-Muqsitin : Orang-orang yang adil.ظَاهَرُوا – Zaharu : Mereka membantu.أَنْ تَوَلَّوْهُمْ- An Tawalluhum : Jika kamu menjadi wali dan penolong mereka.
2. Penjelasan
A. Kasih Sayang Antar Agama (Q.S Al-Mumtahanah ayat 7)
عَسَى اللَّهُ أَنْ يَجْعَلَ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ الَّذِينَ عَادَيْتُمْ مِنْهُمْ مَوَدَّةً وَاللَّهُ قَدِيرٌ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ ٧Awal ayat diatas merupakan lapad assa yang artinya mudah-mudahan, kata ini merupakan kata dalam berharap. Dengan demikian dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa semua makhluk hidup ingin bersandar pada Allah swt. Kasih sayang kepada musuh kita bagi umat islam merupakan hal yang akan terjadi karena dengan ini sekeras apapun musuh kita akan lunak untuk kita jadikan seorang teman.Menurut tafsir qur’an bahwa peperangan dan permusuhan itu bukanlah untuk selamanya, permusuhan yang keras dan pertentangan yang tajam dapat berubah nejadi kasih sayang dalam persahabatan yang akrab. Apabila telah sama menjadi orang yang beriman dan bernaung dibawah panji-panji islam. Sebagai kejadiannya dengan umar bin Khattab dahulunya musuh yang keras terhadap Nabi Muhammad dan islam namun kemudian menjadi pecinta dan pembantu yang setia. Begitupula dengan kejadiannya dengan beberapa orang pemuka-pemukan kaum qurays setelah takluk kota Mekah. Sarana perhubungan berubah bagai siang dengan malam, dan segala peristiwa dimasa yang lampau dianggap tidak ada sama sekali.Pada inti dari ayat tersebut bahwa setiap perbedaan tidak selalu di realisasikan dengan kekerasan akan tetapi sikap kasih sayang merupakan hal yang jitu untuk menjadi solusinya.B. Berbuat Kebaikan Antar Agama (Q.S Almumtahanah ayat 8)Dalam ayat tersebut terdapat lapad laa yanha memiliki makna anjuran dan kebolehan bagi umat islam kepada kaum kafir untuk berbuat kebaikan dan bersikap jujur yang berarti kebaikan tidak hanya dilakukan sesame agama saja. Yukatiluna marupakan arti dari orang-orang kafir yang memerangi orang-orang islam. Dimana saat orang-oranag kafir memerangi kita, maka kiota sebagai umat islam harus bersikap lebih bisa menanggapinya lebih keras.Dengan demikian, islam mengajarkan supaya berbuat kebaikan dan bersikap jujur terhadap orang-orang yang tidak seagama dengan kita, asalakan mereka tidak mengganggu kemerdekaan, kediaman, keagamaan dan cara hidup kaum muslimin, mereka boleh menjadi sahabat yang akrab.C. Pemimpin Antar Agama (Q.S Almumtahanah ayat 9)Lapad yanha ditafsirkan larangan untuk umat islam, kita tahu larangan Allah apabila dikerjakan mendapat siksa dan apabila tidak dikerjakan mendapat pahala. Jadi, kita sebagai umat islam untuk siap meninggalkannya. Dalam ayat ini Allah telah melarang umat islam untuk menjadikan pemimpin/sahabat bagi kita, karena telah memerangi dan mengusir dari daerah umat islamDengan demikian, umat islam dan orang-orang yang mengganggu kemerdekaan kaum muslim, kediaman, keagamaan dan cara hidupnya tidak diperbolehkan mereka diambil menjadi pemimpin atau sahabat dan kepada mereka kita harus bersikap keras dan tegas supaya mereka sadar dan merenubgi perbuatan-perbautannya, dan juga supaya jera untuk tidak melakukannya lagi.[2]
[1]http://www.tafsir.web.id/2013/04/tafsir-al-mumtahanah-ayat-713.html# sthash.NkEncGZb.dpuf diakses pada tanggal 4 November 2015 pada pukul 23.30 WIB.[2]Mustofa, Ahmad Al Marogi.1974. Tafsir Al-Marogi (Edisi Bahasa Arab).Semarang: PT. Karya Loka Toha Putra. Hlm. 111-114.
2. tafsir surat Al-Baqarah ayat 62, 120 dan 213
Al-Baqarah ayat 62إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْأَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَArtinya : Sesungguhnya orang-oramg mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Shabi’in, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepadaa Allah, Hari Kemudian, dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhannya, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.Kosakata : as-Sabi’inAs Shabi’in berasal dari kata kerja saba’a-yasba’u yang artinya berpindah dari satu agama ke agama lain. Dengan demikian, Sabi’in berarti orang-orang yang berpindah dari satu agama ke agama lain. Yang dimaksud dalam ayat ini adalah orang-orang yang beragama Sabi’ah, yaitu agama yang mengajarkan ibadah dengan dengan penyembahan kepada binatang. Agama ini merupakan agama kuno yang saat ini sudah hilang dan tidak berkembang lagi. Selain itu, penganutnya juga sudah tidak ditemukan. Pada masanya, kata ini dipergunakan untuk menyebut penduduk Mesopotamia, Irak, yang menyembah Binatang. Keterkaitannya juga karena penduduk Mesopotamia kuno adalah penyembah binatang.MunasanahPada ayat yang lalu, Allah menerangkan keingkaran dan kesalahan-kesalahan orang Yahudi, yang menyebabakan mereka mendapat kemurkaan Tuhan dan menderita khinaan dan kemiskinan. Pada Ayat ini Allah menjelaskan bahwa semua golongan agama lain pada masanya, jika mereka beriman dan bertaubat, tentulah mereka mendapat paala di dunia dan di akhirat, seperti yang di peroleh orang-orang mukmin lainnya.Tarsir(62) Dalam ayat ini, Allah menjelaskan bahwa tiap-tiap umat atau bangsa pada masa itu yang benar-benar berpegang pada ajaran para nabi mereka serta beramal saleh dan memperoleh ganjaran di sisi Allah, karenarahmat dan maghfirah-Nya selalu terbuka untuk seluruh hamba-hamba-Nya.“Orang-orang mukmin” dalam ayat ini adalah orang yang mengaku beriman kepada Rosulullah saw dan menerima segala yang diajarkan olehnya sebagai suatu kebenaran dari sisi Allah. Pengertian beriman adalah seperti yang dijelaskan Rasul saw ketika malaikat Jibril a.s. menemuinya. Nabi bersabda :Agar kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulnya, hari Kiamat, dan kamu percaya Qadar baik atau buruk. (Riwayat Muslim dari ‘Umar r.a).Orang Yahudi adalah orang yang memeluk agama Yahudi. Mereka dinamakan Yahudi karena kebanyakan mereka dari keturunan Yahudi, salah seorang keturunan Yakub (Israil). Orang-orang Nasrani adalah orang-orang yang menganut agama Nasrani. Kata Nasrani diambil dari nama suatu daerah Nasirah (Nazareth) di Palestina, tempat Nabi Isa dilahirkan. Siapa saja diantara ketiga golongan di atas yang hidup pada zamannya, sebelum kedatangan Nabi Muhammad saw dan benar-benar beragama menurut agama mereka, membenarkan dengan sepenuh hati akan adanya Allah dan hari Kiamat, mengamalkan segala tuntutan syariat agamanya, mereka mendapat pahala dari sisi Allah. Sesudah kedatangan Nabi Muhammadsaw, semua umat manusia diwajibkan beriman kepadanya dan seluruh ajaran yang dibawanya, yakni dengan menganut Islam.[3]Al-Baqarah ayat 120 :وَلَنْ تَرْضَىٰ عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَىٰ ۗ وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ ٢:١٢٠Artinya :(120) Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenar-benarnya)”. Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan oenolong selain dari Allah.Kosakata : al-MillahMillah sinonim dengan ad-din atau syari’ah. Kata Millah sendiri berarti apa yang Allah syari’atkan kepada hamba-Nya melalui nabi-nabi. Perbedaan antara din dan millah, bahwa din (agama) diidafahkan (disandarkan) kepada Allah atau Muhammad saw, seperti dinullah atau dinu muhammad , sedangkan millah hanya diidafahkan kepada nabi tertentu, seperti Nabi Ibrahim : millah Ibrahim (Ali ‘Imran /3:95) atau millah aba’i (Yusuf/12:38).MunasabahAyat-ayat yang telah lalu menerangkan tentang pengakuan orang Yahudi dan Nasrani bahwa Allah mempunyai anak dan Allah memepunyai sekutu. Ayat ini menerangkan tentang pengingkaran orang musyrik Mekah terhadap kenabian Nabi Muhammad dan pengingkaran terhadap apa yang dibawanya.TafsirAyat ini menyatakan keinginan Ahli Kitab yang sebenarnya shingga mereka melakukan tindakan-tindakan terhadap orang-orang yang beribadah di masjid Allah, merobohkan masjid, menyekutukan Allah dan mengingkari seruan Nabi Muhammad saw, Nabi terakhir. Mereka tidak akan berhenti melakukan tindakan itu sebelum Nabi Muhammad saw dan pengikutnya menganut agama yang mereka anut, yaitu agama yang berasal dari agama-agama yang dibawa Nabi yang terdahulu, tetapi ajaran-ajarannya sudah banyak diubah-ubah oleh mereka. Karena itu hendaklah kaum Muslimin waspada terhadap sikap Ahli Kitab, janganlah ragu-ragu mengikuti petunjuk Allah yang diturunkan kepada nabi-nabi-Nya, bukan petunjuk yang berasal dari keinginan dan hawa nafsu manusia, terutama keinginan dan hawa nafsu orang-orang Yahudi dan Nasrani.Orang-orang Nasrani dan Yahudi melakukan tindakan-tindakan itu setelah pengetahuan datang pada mereka tentang agama yang diridhai Allah dan ajaran-ajaran agama Islam, secara lahiriah, ayat ini langsung ditujukan kepada Nabi Muhammad saw, berupa peringatan yang keras seandainya Nabi saw, mengikuti kemauan mereka padahal Nabi telah dijamin terpelihara dari perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah. Didalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat yang seperti itu yang lahirnya ditujukan kepada Nabi, tetapi yang dimaksud adalah umat Nabi Muhammad saw. Allah memperingatkan dengan ayat ini agar kaum Muslimin berhati-hati terhadap Ahli Kitab kepada Agama Islam dan kaum Muslimin.[4]
Al-Baqarah ayat 213 :كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ ۚ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلَّا الَّذِينَ أُوتُوهُ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۖ فَهَدَى اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ ۗ وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ213. manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), Maka Allah mengutus Para Nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. tidaklah berselisih tentang kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, Yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepadakebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.TafsirnyaMaksudnya, mereka bersatu di atas petunjuk, kondisi itu selama sepuluh abad setelah Nabi Nuh AS, dan ketika mereka berselisih dalam perkara agama, lalu sekelompok dari mereka kafir, sedangkan sisanya masih tetap di atas petunjuk dan terjadi perse-lisihan, maka Allah mengutus kembali Rasul-rasulNya untuk mele-rai antara manusia dan menegakkan hujjah atas mereka.Pendapat lain mengatakan, akan tetapi mereka maksudnya, dahulu manusia bersatu di atas kekufuran, kesesatan, dan kesengsaraan, mereka tidak memiliki cahaya dan tidak pula keimanan, hingga Allah merahmati mereka dengan mengutus para Rasul ke-pada mereka, مُبَشِّرِينَ "sebagai pemberi kabar gembira" bagi orang-orang yang taat kepada Allah dengan hasil ketaatan mereka seperti rizki, kekuatan tubuh, kekuatan hati serta kehidupan yang baik, dan yang paling tinggi dari itu semua adalah kemenangan dengan keridhaan Allah dan surga, وَمُنذِرِينَ "Juga pemberi peringatan" bagi orang yang bermaksiat kepada Allah dengan hasil kemaksiatan mereka seperti menahan rizki untuk mereka, kelemahan, kehinaan, serta kehidupan yang sempit, dan yang paling besar dari semua itu adalah kemurkaan Allah dan neraka.[5]
3. Tafsir Dan Isi Kandungan Al-Qur’an, Surat Al-Kafirun(109) : 1 - 5قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ [١٠٩:١] لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ [١٠٩:٢]وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ [١٠٩:٣] وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ [١٠٩:٤] وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ [١٠٩:٥] لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ ١٠٩:٦
Artinya:1. Katakanlah: "Hai orang-orang yang kafir,2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.5. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.6. Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku".
Tafsir Surat Al-Kafirun Ayat 1-6:Telah diriwayatkan bahwa Walid bin Mugirah, 'As bin Wail As Sahmi, Aswad bin Abdul Muttalib dan Umaiyah bin Khalaf bersama rombongan pembesar-pembesar Quraisy datang menemui Nabi SAW. menyatakan, "Hai Muhammad! Marilah engkau mengikuti agama kami dan kami mengikuti agamamu dan engkau bersama kami dalam semua masalah yang kami hadapi, engkau menyembah Tuhan kami setahun dan kami menyembah Tuhanmu setahun. Jika agama yang engkau bawa itu benar, maka kami berada bersamamu dan mendapat bagian darinya, dan jika ajaran yang ada pada kami itu benar, maka engkau telah bersekutu pula bersama-sama kami dan engkau akan mendapat bagian pula daripadanya". Beliau menjawab, "Aku berlindung kepada Allah dari mempersekutukan-Nya". Lalu turunlah surah Al Kafirun sebagai jawaban terhadap ajakan mereka.Kemudian Nabi SAW pergi ke Masjidilharam menemui orang-orang Quraisy yang sedang berkumpul di sana dan membaca surah Al Kafirun ini, maka mereka berputus asa untuk dapat bekerja sama dengan Nabi SAW. Sejak itu mulailah orang-orang Quraisy meningkatkan permusuhan mereka ke pada Nabi dengan menyakiti beliau dan para sahabatnya, sehingga tiba masanya hijrah ke Madinah.Dalam ayat-ayat ini Allah memerintahkan Nabi-Nya agar menyatakan kepada orang-orang kafir, bahwa "Tuhan" yang kamu sembah bukanlah "Tuhan" yang saya sembah, karena kamu menyembah "tuhan" yang memerlukan pembantu dan mempunyai anak atau ia menjelma dalam sesuatu bentuk atau dalam sesuatu rupa atau bentuk-bentuk lain yang kau dakwakan.Sedang saya menyembah Tuhan yang tidak ada tandingan-Nya dan tidak ada sekutu bagi-Nya; tidak mempunyai anak, tidak mempunyai teman wanita dan tidak menjelma dalam sesuatu tubuh. Akal tidak sanggup menerka bagaimana Dia, tidak ditentukan oleh tempat dan tidak terikat oleh masa, tidak memerlukan perantaraan dan tidak pula memerlukan penghubung.Maksudnya; perbedaan sangat besar antara "tuhan" yang kamu sembah dengan "Tuhan" yang saya sembah. Kamu menyakiti tuhanmu dengan sifat-sifat yang tidak layak sama sekali bagi Tuhan yang saya sembah.
Asbabun Nuzul Surat Al-Kafirun Ayat 1-6Imam Tabrani dan Imam Ibnu Abu Hatim, mengetengahkan sebuah hadis melalui Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwasanya orang-orang Quraisy mengajak Rasulullah saw. supaya meninggalkan seruannya dengan imbalan, bahwa mereka akan memberikan kepadanya harta yang berlimpah, sehingga akan membuatnya menjadi lelaki yang terkaya di kota Mekah dan mereka akan menikahkannya dengan wanita-wanita yang disukainya Untuk itu orang-orang Quraisy mengatakan, "Semuanya itu adalah untukmu, hai Muhammad, asal kamu cegah dirimu dari mencaci maki tuhan-tuhan kami dan jangan pula kamu menyebut-nyebutnya dengan sebutan yang buruk. Jika kamu tidak mau, maka sembahlah tuhan-tuhan kami selama setahun." Lalu Rasulullah saw. menjawab, "Tunggulah sampai ada wahyu yang turun kepadaku dari Rabbku."Maka Allah menurunkan firman-Nya, "Katakanlah!, 'Hai orang-orang kafir...'" (Q.S. 109 Al Kaafiruun, 1 hingga akhir surah). Allah swt. menurunkan pula ayat lainnya, yaitu firman-Nya, "Katakanlah!, 'Apakah kalian menyuruh aku menyembah selain Allah, hai orang-orang yang tidak berpengetahuan?'" (Q.S. Az Zumar, 64).Abdur Razzaq mengetengahkan sebuah hadis melalui Wahab yang menceritakan, bahwasanya orang-orang Quraisy telah berkata kepada Nabi saw., "Jika kamu suka kamu boleh mengikuti kami selama satu tahun dan kami akan mengikuti pula agamamu selama setahun." Maka Allah menurunkan firman-Nya, "Katakanlah!, 'Hai orang-orang kafir!...'" (Q.S. 109 Al Kaafiruun, 1 hingga akhir surah). Imam Ibnu Munzir mengetengahkan pula hadis yang serupa melalui Ibnu Juraij. Imam Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Said bin Mina yang menceritakan, bahwasanya Walid bin Mughirah, 'Ash bin Wa-il, Aswad bin Muttalib dan Umaiyah bin Khalaf mereka semuanya bertemu dengan Rasulullah saw. lalu mereka mengatakan, "Hai Muhammad! Kemarilah, mari kamu sembah apa yang kami sembah, maka kami pun akan menyembah Tuhan yang kamu sembah. Dan marilah kita bersama-sama bersekutu antara kami dan kamu di dalam perkara kita ini secara keseluruhan. Sehingga Allah menurunkan surat Al-Kafirun ini.
Kandungan, Inti dan Nilai Pendidikan dalam Surat Al-Kafirun ayat 1-6:1. Allah mengajarkan kita agar tidak menyembah tuhan selain Allah.2. Tidak boleh beribadah bersama-sama orang kafir.3. Antara agama Islam dan agama yang lain jelas sekali perbedaannya (tidak sama).[6]
4. Tafsir surat ali imron ayat 64
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْاْ إِلَى كَلَمَةٍ سَوَاء بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلاَّ نَعْبُدَ إِلاَّ اللّهَ وَلاَ نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلاَ يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضاً أَرْبَابًا مِّن دُونِ اللّهِ فَإِن تَوَلَّوْاْ فَقُولُواْ اشْهَدُواْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَArtinya:“Katakanlah (Muhammad): "Wahai Ahli Kitab, marilah (kita) menuju kepada suatu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah.” Jika mereka berpaling maka katakanlah (kepada mereka): "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang muslim.”(QS. Ali-Imran: 64)Khitab (perintah) ini bersifat umum mencakup semua ahli kitab dari kalangan yahudi dan nasrani serta orang-orang yang sealiran dengan mereka.قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْاْ إِلَى كَلَمَةٍKatakanlah,”Hai ahli kitab, marilah kepada suatu kalimat. (Ali imron:64)Definisi kalimat ialah sebuah jumlah (kalimat) yang memberikan suatu faedah (pengertian). Demikian pula yang dimaksud dengan kalimat dalam ayat ini. Kemudian kalimat tersebut diperjelas pengertiannya oleh firman selanjutnya, yaitu:سَوَاء بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْyang tidak ada perselisihan diantara kamidan kalian. (Ali imron:64)Yakni kalimat yang adil, pertengahan dan tidak ada perselisihan diantara kami dan kalian mengenainya. Kemudian diperjelas lagi oleh firman selanjutnya:أَلاَّ نَعْبُدَ إِلاَّ اللّهَ وَلاَ نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًاBahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan suatu apapun. (Ali imron:64)Yaitu baik dengan berhala, salib, wasan, tagut, api atau sesuatu yang selain-Nya, melainkan kita Esakan Allah dengan menyembah-Nya semata, tanpa sekutu bagi-Nya. Hali ini merupakan seruan yang dilakukan oleh semua rosul.وَلاَ يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضاً أَرْبَابًا مِّن دُونِ اللّهِDan tidak pula sebagian dari kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain dari Allah. (Ali imron: 64)Ibnu Juraij mengatakan, makna yang dimaksud ialah sebagian kita menaati sebagian yang lain dalam bermaksiat kepada Allah Swt. Sedangkan menurut Ikrimah, makna yang dimaksud ialah sebagian kita bersujud kepada sebagian yang lain.فَإِن تَوَلَّوْاْ فَقُولُواْ اشْهَدُواْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَYakni mereka berpaling, maka katakanlah (keada mereka), “saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri (kepada Allah)”. (Ali imron:64)Yakni jika mereka berpaling dari keadilan dan seruan ini, hendaklah mereka mempersaksikan kalian bahwa kalian tetap berada dalam agama islam yang telah disyariatkan oleh Allah untuk kalian.
5. Tafsir Surat al an’am ayat 108
وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ كَذَٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِمْ مَرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَArtinya: Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan Setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan. (al an’am :108)Allah SWT berfirman melarang rosul-Nya dan orang-orang mukmin memaki sesembahan-sesembahan orang-orang musyrik, sekalipun dalam makian itu terkandung maslahat, hanya saja akan menimbulkan mafsadat (kerusakan) yang lebih besar dari itu. Kerusakan yang dimaksud adalah balasan makian yang dilakukan oleh orang-orang musyrik terhadap tuhan kaum muslimin. Seperti yang diriwayatkan ali ibnu abu talhah, dari ibnu abbas sehubungan dengan asbabun nuzul ayat ini. Disebutkan bahwa orang-orang musyrik berkata: “Hai muhammad, berhentilah kamu dari memaki tuhan-tuhan kami, atau kalau tidak berhenti kami akan balas mencaci tuhan kamu”. Maka Allah melarang kaum mukmin mencaci berhala-berhala sembahan kaum musyrik.فيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍKarena mereka nanti akan memaki allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.(Al-An’am:108)Abdul Razzaq telah meriwayatkan dari Ma’mar dari Qatadah, bahwa dahulu kaum muslim sering mencaci maki berhala-berhala orang-orang kafi, maka orang kafir balas mencaci maki allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Oleh sebab itu turunlah ayat ini.كَذَٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْDemikian Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. (Al-An’am:108)Yakni sebagaimana Kami hiaskan kepada mereka cinta kepada berhala-berhala, membelanya, dan menolongnya, maka Kami hiaskan pula kepada setiap umat dari kalangan umat terdahulu yang sesat menyukai amal perbuatan mereka. Hanya milik allah-lah hujah yang kuat dan hikmah yang sempurna dalam menentukan apa yang dikehendaki dan apa yang dipilih-Nya.ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِمْ مَرْجِعُهُمْKemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka.(Al-An’am:108)Maksudnya, kepulangan dan pengembalian mereka.فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَLalu Dia memberikan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan. (Al-An’am:108)Yakni Dia akan membalas mereka sesuai dengan amal perbuatan mereka. Jika amal perbuatan mereka baik, maka balasannya baik; dan jika amal perbuatan mereka buruk, maka buruk pula balasannya.Asbabun NuzulKetika Abi Thalib menjelang ajal, orang-orang kafir Quraisy berkata: “Pergilah kamu kepada Abi Thalib, Perintahkan kepadanya agar melarang Muhammad berdakwah. Sebab kita merasa malu membunuh Muhammad setelah dia meninggal”. Sehubungan dengan itu tokoh-tokoh kafir Quraisy yang terdiri dari Abu Sufyan, Abu Jahal, Nadhir bin Harits, Umayyah, Ubayyin, Uqbah bin Abi Mu’ith, Amru bin Ash dan Aswad bin Bukhari mengutus seorang laki-laki yang bernama Muthalib untuk meminta izin kepada Abi Thalib, bahwa para pembesar Quraisy akan menghadap.Muthalib berkata kepada Abi Thalib: “Wahai Abi Thalib, para pembesar kaummu meminta izin untuk menghadap kepadamu”. Abi Thalib mengizinkan mereka menghadap. Ketika mereka telah menghadap, langsung berkata: “Wahai Abi Thalib, kamu adalah pembesar dan penghulu kami. Muhammad telah menyakitkan kami dan menghina sesembahan kami. Kami menghendaki kamu berkenan mengundang Muhammad untuk menasihati agar tidak mencaci maki tuhan-tuhan kita dan mengajak kepada Tuhannya”. Kemudian Rasulullah saw. Dipanggil, dan beliau segera menghadap Abi Thalib. Abi Thalib berkata kepada Rasulullah: “Wahai Muhammad, ini bersabda: “Apa maksud kalian? Mereka menjawab: “Kami mengajak dan menginginkan adanya perdamaian. Kami menginginkan kamu meninggalkan caci makian terhadap tuhan kami dan menghentikan ajakan untuk beribadah kepada Tuhanmu”. Sabda Rasulullah saw: “Bersediakah kamu untuk memenuhi permintaanku mengucapkan satu kalimat yang bisa menciptakan kedamaian di kalangan bangsa Arab dan orang-orang yang di sekitarnya, sekiranya aku mengabulkan permintaan itu?”. Abu Jahal berkata: “Demi Ayahmu, akan aku penuhi sepuluh kali lipat apa yang kamu pinta. Kalimat apakah itu?”. Jawab Rasulullah saw: “Bacalah Tiada Tuhan yang wajib disembah melainkan Allah”. Mendengar jawaban Rasulullah saw ini mereka menolak dengan keras, sehingga Abi Thalib berkata: “Wahai anak saudaraku, ucapkanlah kalimat yang lain. Sebab kaummu ini merasa tersentak hatinya mendengar kalimat itu”. Jawab Rasulullah saw: “Wahai pamanku tercinta, demi Allah aku tidak akan mengucapkan kalimat selain la ilaaha illallah sekalipun matahari diletakkan di tanganku”.Mendengar jawaban ini mereka sangat marah dan naik pitam seraya berkata: “Wahai Muhammad, kamu akan menghentikan diri dari menghina dan mencaci maki tuhan-tuhan kami atau kami mengadakan serangan balik dengan mencaci maki Tuhan sesembahanmu?”. Sehubungan dengan itu Allah swt menurunkan ayat ke-108 sebagai larangan bagi kaum muslimin mencaci maki sesembahan orang-orang kafir. Hal mana agar mereka tidak mencaci maki Allah swt.[7]
4. Kesimpulan
Semua agama mengajarkan kasih sayang, cinta, kedamaian, kebajikan, persaudaraan dan sejumlah nilai-nilai kemanusiaan secara normative dan ideal.Semoga Allah menjadikan diantara manusia dengan musuh-musuhnya rasa kasih sayang setelah kebencian, rasa cinta setelah permusuhan dan percekcokan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, sehingga Dia dapat mempersatukan hati-hati yang bermusuhan, Allah Maha Pengampun terhadap orang-orang yang bertaubat dari kesalahan.Berdasarkan ayat-ayat diatas, dapat diketahui bahwa agama Islam bukanlah faktor yang menjadi penghambat dalam membina hubungan antar pemeluk agama. Islam telah menawarkan konsep tolenransi yang sangat rasional. Namun dalam hubungannya dengan keyakinan (akidah) dan ibadah, umat Islam tidak mengenal kata kompromi.Alquran telah meletakkan ajaran tentang kerukunan hidup antar umat beragama secara adil dan proporsional. Allah tidak melarang umat muslim untuk berlaku baik dan adil terhadap setiap orang termasuk kepada non muslim. Oleh karena itu, sudah seharusnya setiap orang menanakan sikap tolenransi dan sikap saling tolong-menolong antar umat beragama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
5. Daftar Pustaka
Aidh, Al-Qarni, Tafsir Muyassar, Jakarta: Qisthi Press, 2007.Departemen agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Lentera Abadi 2010Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Semarang: Karya Toha Putra. 1995Katsir, Ibnu. Tafsir Al-Qur’an al-‘Adhim, Juz IV. Beirut : Dar al-Ilmiyyah. 1987Mustofa, Ahmad Al Marogi.1974. Tafsir Al-Marogi (Edisi Bahasa Arab). Semarang: PT. Karya Loka Toha Putra.Shihab, Quraisy,Tafsir al-Mishbah, Semarang: PT. Karya Loka Toha Putra.http://www.tafsir.web.id/2013/04/tafsir-al-mumtahanah-ayat-7-13.html#sthash.NkEncGZb.dpuf diakses pada tanggal 4 November 2015 pada pukul 23.30 WIB.
Footnote[1]http://www.tafsir.web.id/2013/04/tafsir-al-mumtahanah-ayat-7-13.html#sthash.NkEncGZb.dpuf diakses pada tanggal 4 November 2015 pada pukul 23.30 WIB.[2]Mustofa, Ahmad Al Marogi.1974. Tafsir Al-Marogi (Edisi Bahasa Arab).Semarang: PT. Karya Loka Toha Putra. Hlm. 111-114.[3]Departemen agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Lentera Abadi hlm.120-122[4]Departemen agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Lentera Abadi, 2010. hlm.185-186[5]‘Aidh, Al-Qarni, Tafsir Muyassar, Jakarta: Qisthi Press, 2007. Hlm. 163-164[6]Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Semarang: Karya Toha Putra. 1995[7]Shihab,Quraisy,Tafsir al-Mishbah, Semarang: PT. Karya Loka Toha Putra. Hlm. 132-135.
Posting Komentar untuk "AYAT-AYAT TENTANG HUBUNGAN ANTARA AGAMA MAKALAH"