Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Makalah Pendidikan Anak dalam Islam

Pendidikan Anak Dalam Islam 


Compiled: 
M. Rizal Jalil Puja Kesuma (133611034) 
Qonita Alfi Navila (133611032) 
Ahmad Minanur Rohim (133611033) 
Yessi Gustari Maharani (133611035) 
Nailatul Muna (133611036) 


I. PENDAHULUAN 

Anak merupakan salah satu tujuan dari suatu pernikahan. Anak adalah amanat dari Allah SWT., oleh karena itu kita harus menjaga dan mendidik anak sesuai ajaran Rasulullah SAW. Kita tidak boleh salah mendidik anak, karena anak adalah harapan dan cita-cita orang tua. Kebahagiaan anak adalah kebahagiaan orang tua. 

Kegiatan pendidikan yang dilaksanakan dalam keluarga, tidak bisa dilepaskan dari pendidikan sebelumnya yakni dalam kandungan atau sebelum lahir (prenatal), sekitar saat kelahiran (perinatal), saat baru kelahiran (neonatal), setelah kelahiran (postnatal), termasuk pendidikan anak usia dini. Dengan demikian bila dikaitkan dengan pendidikan anak usia dini merupakan serangkaian yang masih ada keterkaitannya pendidikan sebelumnya. Sehingga dapat terwujudnya generasi yang unggul, dan pendidikan itu memang merupakan sebuah kebutuhan dalam kehidupan manusia. 


II. RUMUSAN MASALAH 
  1. Adakah yang perlu dilakukan sebelum dan setelah anak dilahirkan di dunia dalam ajaran Agama Islam? 
  2. Apa tujuan dari pendidikan anak dalam Islam? 
  3. Bagaimana peran dan fungsi keluarga terhadap pendidikan anak? 

III. PEMBAHASAN 

1. Dalam ajaran Islam yang dilakukan sebelum dan setelah anak dilahirkan di dunia.
Hampir dapat dipastikan bahkan semua orang yang memiliki anak, baik laki-laki maupun perempuan berkeinginan agar anaknya tersebut kelak menjadi anak yang shaleh dan berbakti kepada kedua orang tuanya serta mereka hidup bahagia, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Untuk dapt terpenuhi cita-citanya itu, orang tua tidak segan-segan mengeluarkan dana besar untuk biaya pendidikan anak-anaknya. 

Disamping itu, orang tua melakukan berbagai usaha , baik secara lahiriyah maupun batiniyah guna tercapainya cita-cita tersebut. Hal itu dilakukan karena orang tua menyadari, mengasuh, dan membumbing anak merupakan kewajiban dan tanggung jawabnya. Ia juga menyadari anak adalah bagian dari kulit dagingnya sendiri serta sambungan sejarah hidupnya. Baik atau buruknya kehidupan anak selalu dikaitkan dengan kehidupan orang tuanya. 

Maka diharapkan cita-cita mereka dapat tercapai. Namun disisilain didapati kenyataan bahwa banyak orang yang bekerja keras siang dan malam, berusaha lahir dan batin, mengeluarkan dana tidak sedikit sampai menghabiskan pekarangan, sawah dan ladang namun usah mereka tidak membawa hasil atau gagal. Kegagalan ini di akibatkan oleh adanya ketidak tahuan tentang bagaimana cara mendidik anak yang tepat, materi dan metode mana yang harus dipilih dalam membimbing anan-anak mereka, berapa lama bimbingan itu diberikan kepada mereka dan lain sebagainya. 

a. Pendidikan Anak Pre Natal. 
Secara etimologis sebagaimana di ungkapkan Anton M. Moeliono dkk, pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tata laku seseorang tau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pwngajaran dan latihan. 

Sedangkan secara terminologis, Soegarda Poerbakawatja mendifinisikan pendidikan sebagai: “perubahan atau usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, serta ketrampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkan agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmani atau rohaninya”. 

Adapun anak prenatal anak yang masih dalam kandungan seorang Ibu. Dengan demikian yang dimaksud pendidikan anak prenatal adalah pendidikan yang diberikan kepada anak yang dalam kandungan, yang berupa do’a, perbuatan, motivasi, dll. guna mempengaruhinya dan agar ia mengikutinya sebagaimana yang diinginkan oleh pendidik. 

Para ahli prenatal menyatakan bahwa anak yang masih dalam kandungan terutama berumur 5 bulan atau 20 minggu itu sudah memiliki kemampuan merasakan stimulus yang ada diluar.[1]

Jadi, tugas pendidik utama adalah kedua orang tua (bapak ibu), sedang anggota yang lain membantu agar pelaksanakan pendidikan ini berlangsung dengan baik.seluruh anggota keluarga supaya menciptakan suasana yang sejuk,damai,tentram dan penuh kasih sayang.semuanya dikonsentrasikan untuk menciptakan suasana kondusif agar bayi dalam kandungan menerima respons positif dan maksimal. 

Sehubungan dengan hal itu,maka islam melarang berbuat keributan selama ibu mengandung. sebab hal itu akan berpengaruh negatif terhadap anak dalam kandungan. Rasulullah SAW bersabda: 
الشقى من شقى فى بطن أمه (رواه مسلم) 
“Orang yang celaka adalah yang telah (menderita) celaka dalam perut ibunya” HR.Muslim[2]

Hukum Mendidik Anak Pre Natal 
Untuk mendapatkan ketentuan hukum mendidik anak prenatal atau anak di dalam kandungan ini adalah dengan mengutip ayat al Quran dan hadits Nabi Muhammad SAW dan atsar sahabat. Di antara ayat-ayat al Quran ataupun hadits nabi tersebutadalah sebagai berikut: 
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api.” (QS. At-Tahriim: 6) 
(ثقى بالمرء إنما أن يضيع من يقوث (رواه ابوداوود) 
Rasulullah juga bersabda: 
“Rasulullah saw bersabda: cukuplah besarnya doa seorang jika ia menyia-nyiakan (pendidikan) orang yang menjadi tanggung jawabanya (keluarganya).” (HR.Abu Dawud) 

Dari ayat al Quran dan hadits nabi Muhammad saw diats dapat disimpulkan bahwa hukum mendidik anak termasuk usia pre natal adalah wajib bagi kedua orang tuanya.kesimpulan hukum wajib ini ditunjukkan oleh kata perintah dalam al Quran surat at Tahrim ayat 6 dan dhohir hadits riwayat Imam Bukhori dan Muslim,Imam Abu Dawud diatas. Mendidik anak,disamping kewajiban orang tua juga kelak setelah tua dan lemah ia akan memperoleh buahnya berupa pertolongan dan kebaikan dari anaknya.[3]

Berdasarkan kajian perkembangan manusia,kualitas seseorang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan. Faktor bawaan harus diterima apa adanya. Artinya,anak lahir sudah membawa bekal sebagai potensi yang siap dikembangakan. Lingkungan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan anak.menurut Samples,pada saat lahir otak bayi belum sempurna,tetapi sudah mengandung jaringan saraf sekitar 100 milyar sel saraf aktif yang siap melakukan sambungan antar sel. Perkembangannya menjadi sempurna melalui pengalaman dari hari ke hari. Sambungan itu harus diperkuat melalui berbagai rangsangan yang membentuk pengalaman belajar. Bila tidak memperoleh rangsangan yang tidak tepat maka ptak tidak akan berkembangan maksimal atau bahkan otak tidak akan berfungsi maksimal. Berarti peran lingkungan termasuk TK,RA atau yang lainnya dalam memberi pengalaman sangat diperlukan anak.[4]

b. Pendidikan Anak Dalam Islam. 
Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberi awalan “pe“ dan akhiran “kan“, mengandung arti “perbuatan“ (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan semula berasal dari bahasa Yunani yaitu “Paedagogie“, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan “education“ yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa arab istilah ini sering diterjemahkan dengan“Tarbiyah“ yang berarti pendidikan. 

Sedangkan pengertian anak dalam kamus besar bahasa Indonesia yaitu : “(1) keturunan, (2) manusia yang masih kecil. 

Maka pendidikan tidaklah semata-mata kita menyekolahkan anak ke sekolah untuk menimba ilmu pengetahuan, namun lebih luas dari itu. Seorang anak akan tumbuh kembang dan baik manakala ia memperoleh pendidikan yang parpurna (komprehensif),a agar kelak ia menjadi manusia yang berguna bagi masyarakat, bangsa, negara dan agama. Anak yang demikian ini adalah anak yang sehat dalam arti luas, yaitu sehat fisik, mental-intelektual, mental sosial dan mental spiritual. Pendidikan itu sendiri sudah harus dilakukan sedini mungkin di rumah maupun di luar rumah, formal di institut pendidikan dan non formal di masyarakat. 

Sedangkan pengertian Islam itu sendiri yaitu “Agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, berpedoman pada kitab suci Al-Qur’an yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT. Agama islam merupakan sistem tata kehidupan yang pasti bisa menjadikan manusia damai, bahagia dan sejahtera. 

Sedangkan menurut Zakiah Daradjat pendidikan anak dalam Islam adalah lembaga pendidikan yang melaksanakan pembinaan pendidikan secara Islami dan pengajaran dengan sengaja, teratur dan terencana, guru-guru yang melaksanakan tugas pembinaan, pendidikan dan pengajaran tersebut adalah orang-orang yang telah dibekali dengan pengetahuan tentang anak didik dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas kependidikan. 

Karena sesungguhnya pendidikan adalah masalah penting yang aktual sepanjang zaman. Karena pendidikan orang menjadi maju. Dengan bekal ilmu pengetahuan dan teknologi orang mampu mengolah alam yang dikaruniakan Allah SWT kepada manusia. Islam mewajibkan setiap orang baik laki-laki maupun perempuan untuk menuntut ilmu dan dianjurkan untuk belajar sejak dari buaian sampai keliang lahat. 

Pendidikan agama Islam sangat penting bagi kehidupan manusia, terutama dalam mencapai ketentraman batin dan kesehatan mental pada umumnya. Tidak diragukan lagi, bahwa agama Islam merupakan bimbingan hidup yang paling baik, pencegah perbuatan salah dan mungkar yang paling ampuh, pengendali moral yang tiada taranya. 
Sebab agama bukan ibadah saja, agama mengatur seluruh segi kehidupan, semua penampilan ibu dan bapak dalam kehidupan sehari-hari disaksikan dan dialami oleh anak bernafaskan agama, disamping latihan dan pembiasan tentang agama, perlu dilaksanakan sejak si anak masih kecil, sesuai pertumbuhan dan perkembangan jiwanya. Anak mengenal Tuhan melalui ucapan ibunya waktu ia masih kecil. Apapun yang dikatakan ibunya tentang Tuhan akan diterimanya dan dibawanya sampai dewasa. 

Pendidikan anak perlu diperhatikan jika kita bersalah dalam mendidik anak, maka bahayanya tidak menimpa anak itu saja, akan tetapi mengenai banyak orang, masyarakat, bahkan mungkin berpengaruh terhadap generasi berikutnya. Karena itu pendidikan Islam memberikan bimbingan dan petunjuk kepada semua penanggung jawab dan penyelenggara pendidikan, baik didalam keluarga, sekolah dan di masyarakat. Jadi pendidikan anak dalam Islam yaitu usaha berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap anak agar kelak jika selesai pendidikanya dapat memahami, mengerti adn mengamalkan agama Islam serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan baik pribadi mampu kehidupan masyarakat. 

B. Tujuan dari Anak Dalam Islam 
Tujuan umum pendidikan Islam mempunyai karakteristik yang berhubungan dengan persiapannya dalam kehidupan didunia dan kehidupan diakherat kelak yang abadi. Jamil Shaliba dengan jelas mengatakan: “Sebagian ayat-ayat Al-Qur’an yang didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadits memberi indikasi, bahwa tujuan pendidikan adalah mengejawantahkan realisasi kebahagiaan hidup didunia ini dan dunia yang akan datang”.[5]

Salah satu karakteristik dari tujuan umum adalah yang sering kali diterjemahkan dengan tingkah laku lahir. Orang beriman kepada Allah akan berikhtiyar keras merefleksikan keimanannya ddidalam tingkah laku lahir. Tidak mengherankan apabila orang – orang beriman disamping beriman kepada yang ghaib mereka berusaha sekuat tenaga bertujuan kepada Allah, mereka ikut serta dalam pengajaran-pengajaran yang diikuti dengan kesabaran dan kebenaran(tingkah laku yang tidak menyimpang).[6]

Menurut Rifa'atul Mahmudah ada 3 hal tujuan pendidikan anak dalam Islam yaitu: 
1. Anak sebagai penerus perjuangan tiap manusia mengembann "misi", manusia harus jadi "khalifah" di muka bumi ini. Tugasnya mengarahkan manusia untuk "ibadah kepada Allah" dan mengelola alam sekitarnya sehingga memberi iklim yang kondusif (mendukung) untuk "ibadah". Perjuangan itu harus dilakukan terus menerus, dilakukan kesinambungan, dari satu generasi ke generasi lainnya. Orang tua sejak dini harus mempersiapkan anak untuk jadi generasi lainnya. Orang tua sejak dini harus mempersiapkan anak untuk jadi penerus "kekhalifahan", karena pada saatnya kelak ia harus tampil di permukaan mengganti generasi tua. 

2. Anak adalah amanah dan fitrah. Tiap manusia adalah pemimpin, dan ia akan dimintai pertanggung jawaban terhadap yang dipimpinnya. Tiap orang tua akan diminta tanggung jawab tentang anak-anaknya, karena itu Allah berfirman: 
Artinya: “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar”. (QS. At-Thaghobun: 15) 

Orang tua bisa terangkat harkat dan martabatnya di dunia, juga menikmati kebahagiaan akhirat, jika ternyata anak-anaknya baik. "ada tidak amalan yang tidak putus-putus pahalanya walaupun seseorang telah meninggal, "begitu sabda Nabi, satu diantaranya, anak-anak shaleh yang mendo'akan orang tuanya. 

Tapi bisa juga sebaliknya, orang tua hancur namanya, bangkrut usahanya, karena ulah perbuatan anaknya. Dan di akhirat kecuali ia harus menanggung dosa sendiri, kesalahannya mendidik anak juga harus ditanggungnya. 

3. Anak jadi pengikat tali kasih sayang. Cinta yang menggebu yang membuat lelaki-wanita sepakat memasuki pernikahan kadang tidak lestari, bahkan bisa hilang sama sekali dilanda kebosanan. Jika sudah demikian, segala hal sudah terjadi, masing-masing mencoba berpaling mencari kemungkinan lain kasus penyelewengan suami atau istri sering bermula dari lunturnya cinta dan munculnya kebosanan. 

Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa pendidikan Islam mempunyai tujuan yang luas dan dalam, seluas dan sedalam kebutuhan hidup manusia sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial yang menghamba kepada khaliknya yang dijiwai oleh nilai-nilai ajaran agama. Oleh karena itu, pendidikan Islam bertujuan untuk menumbuhkan pola kepribadian manusia yang bulat melalui latihan kejiwaan, kecerdasan otak, penalaran, perasaan dan indera pendidikan ini harus melayani petumbuhan manusia dalam semua aspek, baik aspek spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah, maupun aspek ilmiah, (secara perorangan, maupun secara berkelompok), dan pendidikan ini mendorong aspek tersebut ke arah keutamaan serta pencapaian kesempurnaan hidup.[7]


C. Peranan dan fungsi keluarga terhadap pendidikan anak 
Keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan, baik dalam lingkungan masyarakat Islam maupun non-Islam. Karerena keluarga merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama di mana dia mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama dalam kehidupanya (usia pra-sekolah). Sebab pada masa tersebut apa yang ditanamkan dalam diri anak akan sangat membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah sudahnya. 

Dari sini, keluarga mempunyai peranan besar dalam pembangunan masyarakat. Karena keluarga merupakan batu pondasi bangunan masyarakat dan tempat pembinaan pertama untuk mencetak dan mempersiapkan personil-personilnya. 

Musuh-musuh Islam telah menyadari pentingya peranan keluarga ini. Maka mereka pun tak segan-segan dalam upaya menghancurkan dan merobohkannya. Mereka mengerahkan segala usaha ntuk mencapai tujuan itu. Sarana yang mereka pergunakan antara lain: 
  1. Merusak wanita muslimah dan mempropagandakan kepadanya agar meninggallkan tugasnya yang utama dalam menjaga keluarga dan mempersiapkan generasi.
  2. Merusak generasi muda dengan upaya mendidik mereka di tempat-tempat pengasuhan yang jauh dari keluarga, agar mudah dirusak nantinya.
  3. Merusak masyarakat dengan menyebarkan kerusakan dan kehancuran, sehingga keluarga, individu dan masyarakat seluruhnya dapat dihancurkan.
Sebelum ini, para ulama umat Islam telah menyadari pentingya pendidikan melalui keluarga. Syaikh Abu Hamid Al Ghazali ketika membahas tentang peran kedua orangtua dalam pendidikan mengatakan: "Ketahuilah, bahwa anak kecil merupakan amanat bagi kedua orangtuanya. Hatinya yang masih suci merupakan permata alami yang bersih dari pahatan dan bentukan, dia siap diberi pahatan apapun dan condong kepada apa saja yang disodorkan kepadanya Jika dibiasakan dan diajarkan kebaikan dia akan tumbuh dalam kebaikan dan berbahagialah kedua orang tuanya di dunia dari akherat, juga setiap pendidik dan gurunya. Tapi jika dibiasakan kejelekan dan dibiarkan sebagai mana binatang temak, niscaya akan menjadi jahat dan binasa. Dosanya pun ditanggung oleh penguru dan walinya. Maka hendaklah ia memelihara mendidik dan membina serta mengajarinya akhlak yang baik, menjaganya dari teman-teman jahat, tidak membiasakannya bersenang-senang dan tidak pula menjadikannya suka kemewahan, sehingga akan menghabiskan umurnya untuk mencari hal tersebut bila dewasa." [8]

Fungsi peran keluarga dalam pembetukan diri anak di rumah: 
  1. Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak.
  2. Menjamin kehidupan emosional anak.
  3. Memberikan dasar pendidikan sosial.
  4. Meletakkan dasar pendidikan agama.
  5. Bertanggung jawab dalam memotivasi dan mendorong keberhasilan anak.
  6. Memberikan kesempatan belajar dengan mengenalkan berbagai ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang berguna bagi kehidupan kelak sehingga ia mampu menjadi manusia dewasa yang mandiri.
  7. Menjaga kesehatan anak sehingga ia dapat dengan nyaman dan antusias melaksanakan proses belajar yang lengkap.
  8. Memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat dengan diajarkan pengertian mengenai takwa kepada Tuhan YME yang merupakan tujuan akhir manusia.
Untuk dapat menjalankan fungsinya dan menunjukkan peran keluarga terhadap anak, secara maksimal, orang tua tentulah harus mempunyai kualitas diri yang juga memadai. Hal ini sangat penting agar anak-anak bisa tumbuh dan berkembang sesuai dengan harapan. 

Pada dasarnya, orang tua haruslah memahami peran dan hakikatnya sebagai orang tua dalam membesarkan anak-anaknya. Termasuk di dalamnya yaitu membekali diri dengan ilmu. Ilmu tersebut mencakup beberapa macam, yaitu ilmu tentang pola pengasuhan yang sesuai, tentang pendidikan bagi anak, dan ilmu perihal tumbuh kembang anak. 

Bentuk pendampingan orang tua dalam proses pendidikan anak diwujudkan dalam cara-cara orang tua mendidik anak mereka. Hal inilah yang disebut sebagai pola asuh. Tentunya, setiap orang tua akan berusaha untuk menggunakan cara-cara terbaik dan menurut mereka pantas untuk mendidik anak. 

Dalam hal ini jelas bahwa salah satu kewajiban orang tua adalah menemukan pola pendidikan yang terbaik. Orang tua tentulah harus mempersiapkan diri dengan beragam pengetahuan untuk menemukan pola asuh yang tepat dalam mendidik anak. 

Peran Orang tua terhadap anak sangat besar karena waktu banyak dihabiskan bersama orang tua di rumah maka dari itu orang tua perlu berperan aktif untuk perkembangan anak dari masa kemasa hingga anak sudah dewasa ddan menjadi pribadi yang bijaksana. Orang tua pun juga perlu bijak dalam memilih pola didik, jangan terlalu dimanjakam tapi juga jangan terlalu otoriter.[9]


IV. KESIMPULAN 

Tugas pendidik utama adalah kedua orang tua (bapak ibu),sedang anggota yang lain membantu agar pelaksanakan pendidikan ini berlangsung dengan baik.seluruh anggota keluarga supaya menciptakan suasana yang sejuk,damai,tentram dan penuh kasih sayang.semuanya dikonsentrasikan untuk menciptakan suasana kondusif agar bayi dalam kandungan menerima respons positif dan maksimal. 

Tujuan umum pendidikan Islam mempunyai karakteristik yang berhubungan dengan persiapannya dalam kehidupan didunia dan kehidupan diakherat kelak yang abadi. Jamil Shaliba dengan jelas mengatakan: “Sebagian ayat-ayat Al-Qur’an yang didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadits memberi indikasi, bahwa tujuan pendidikan adalah mengejawantahkan realisasi kebahagiaan hidup didunia ini dan dunia yang akan datang”. 

Keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan, baik dalam lingkungan masyarakat Islam maupun non-Islam. Karerena keluarga merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama di mana dia mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama dalam kehidupanya (usia pra-sekolah). 


DAFTAR PUSTAKA 

  • Saleh Abdullah, Abdurrahman, Teori –Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an,  (Jakarta: PT RINEKA CIPTA). 
  • Uhbiyati Nur, Long Life Education: Pendidikan Anak Sejak dalam Kandungan Sampai Lansia, (Semarang: Walisongo Press, 2009). 
  • Yus, Anita, Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-Kanak, (Jakarta:Kencana,2011). 
  • www.alsofwah.or.id (dicopy pada jam 11:05 tanggal 26 Maret 2014). 
  • www.erfan.if/53338.html (dicopy pada jam 15:35 tanggal 25 Maret 2014). 
  • www.perempuan.com/read/peran-keluarga-terhadap-anak (dicopy pada jam 11:10 tanggal 25 Maret 2014). 
Footnote
  • [1] Dra Hj. Nur Uhbiyati, M.Pd., Long Life Education: Pendidikan Anak Sejak dalam Kandungan Sampai Lansia, (Semarang: Walisongo Press, 2009).
  • [2] Dra Hj. Nur Uhbiyati, M.Pd., Long Life Education: Pendidikan Anak Sejak dalam Kandungan Sampai Lansia, (Semarang: Walisongo Press, 2009).
  • [3] Dra Hj. Nur Uhbiyati, M.Pd., Long Life Education: Pendidikan Anak Sejak dalam Kandungan Sampai Lansia, (Semarang: Walisongo Press,'09).
  • [4] Dr. Anita Yus, Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-Kanak,(Jakarta:Kencana,2011) hal18-19 
  • [5] Dr. Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori –Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA), Halm. 156 
  • [6] Dr. Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori –Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA), Halm. 157 
  • [7] www.erfan.if/53338.html (dicopy pada jam 15:35 tanggal 25 Maret 2014). 
  • [8] www.alsofwah.or.id (disopy pada jam 11:05 tanggal 26 Maret 2014). 
  • [9] www.perempuan.com/read/peran-keluarga-terhadap-anak (dicopy pada jam 11:10 tanggal 25 Maret 2014).

Posting Komentar untuk "Makalah Pendidikan Anak dalam Islam"